Minggu, 27 Desember 2015

[REVIEW] BUKU - PASSPORT TO HAPPINESS


REVIEW PASSPORT TO HAPPINESS

 
Sesuai judulnya, buku ini berkisah perjalanan Ollie dalam 11 kota di berbagai belahan dunia. Dari benua Asia, Amerika, Eropa dan Afrika (kenapa tidak sekalian Australia, ya? Hehe).
1.    Ubud, Indonesia
Elizabeth Gilbert yang menuliskan perjalanannya di Ubud dalam buku Eat, Pray, Love, membuat Ollie semakin tertarik dengan kota tersebut. Maka dimulailah solo traveler Ollie. Di sana ia dijemput Dewa, manajer plus pemilik homestay yang akan ia tinggali. Ia pun bertemu dengan Mas Bembi yang mengantarnya ke tempat Ketut Liyer, seorang yang bisa membaca pikiran.

Bagiku happy ending adalah saat kita berbahagia dan berdamai dengan situasi, dilihat dari sudut pandang kita sendiri, bukan orang lain (Hal. 16)
Ubud tempat Ollie mendapat jawaban: melangkah atau tetap tinggal.
2.    Dublin, Irlandia
Pertama kalinya menginjak Eropa, Dublin yang sedang dilanda musim dingin, memaksanya bermantel hangat untuk berkeliling di sana. Awalnya Ollie ingin pergi ke Trinity College namun malah tergiur dengan Book Upstairs. Sesuai namanya, harus menempuh tangga untuk mencapainya. Puisi karya Oscar Wilde berhasil memprovokasinya untuk membuat puisi. Kunjungannya ke Old Library dan Perpustakaan Nasional Irlandia lagi-lagi berbicara bagaimana menuliskan apa yang dipikirkan merupakan kebiasaan yang sejak dulu dan masih sama sampai sekarang. Seperti apa yang kita tuliskan di social media.
Bab ini Ollie telah membuat cerita cintanya dengan puisi.
3.    Moskow, Rusia
Bab ini, pembaca bakal disuguhkan karakteristik cowok Rusia, yaitu romantis, loyal dengan pasangannya, jarang senyum dan percaya diri ( populasi cowok lebih sedikit dari cewek sehingga jarang ditolak). Saya jadi kebayang Mas Orlandoo Bloom.
Bahkan anggapan Moskow yang kelam (karena di Indonesia kita dicekoki citra-citra buruk) terbantah sudah. Bahkan sastrawan-sastrawan Rusia pun dikenal punya gaya bahasa unik dan abu-abu.

Sekarang aku mengerti cinta versi Moskow: kebaikan dan kasih sayang yang dikespresikan dengan jelas, lugas, dan tanpa ragu. (Hal 121)

Saya seperti diajarkan kalau cinta bukan soal dalam hati tapi memang harus ditunjukkan. Tapi, terkadang memang gengsi sih. Dasar cewek.
4.    London, Inggris
Nathan (aku juga jatuh cinta nih, Mbak dengan cowok ini) menjadi alasan Ollie berkunjung ke ibu kota Inggris. Bab ini pun bercerita tentang kedekatan Ollie dengan Nathan. Bagaimana ia nyaman dengan cowok yang berbeda dengannya karena Nathan tidak suka buku dan toko buku. Tapi saya masih agak bingung dengan alasan kenapa mereka tidak bersatu. Apakah memang tidak dijabarkan atau sayanya yang kurang jeli dalam membaca?
Saya juga baru tahu bahwa di London harus menggunakan koin untuk parkir. Hmmm.
5.    Seoul, Korea Selatan.
Seperti biasa, ketika mendengar Seoul pasti tidak lepas dari keelokan rupa wajah-wajah penduduknya. Cantik sekalipun dia cowok. Yup, Ollie menceritakan bagaimana operasi plastik ( (disebut Suki) ibarat potong rambut di Indonesia.
Bab ini menyadarkan kita untuk cinta pada diri sendiri tanpa perlu menanggapi kerasnya pandangan orang yang bilang tidak cantik dan tidak putih. Saya pun mengatakan demikian pada diri sendiri yang bersyukur dengan kulit hitam saya. Alhamdulillah.
6.    Paris, Perancis
Kisah cinta Arnaud dan Cath (pengusaha dan investor) yang bertemu lewat perkenalan dan jatuh cinta pada pandangan pertama seolah menegaskan, cinta punya jalan sendiri untuk bersatu. Ollie pun ingin berkenalan dengan lelaki Perancis, yaitu Youssef (teman Arnaud dan Cath).
Saya agak buntu dengan kisah di bab ini. Kenapa tidak berlanjut ya, hubungan antara Ollie dan Youssef?
Kamu menginginkan seorang sepertimu. A paradox. Karena kamu adalah kontras itu.(Hal 97)
Saya jadi ingat pepatah Cinta adalah cermin bagi orang yang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan hatinya dalam citra kekasihnya.
7.    Marrakech, Maroko.
Ollie menghadiri GES Youth Delegates bersama 6000 peserta dari penjuru dunia. Berkenalan dengan Mariam, startup founder dari Gaza dan Soufiane mengajarkan hal baru pada dirinya. Seolah ia menemukan soulmate (yang berarti pertemanan manis) dalam negara yang ia kunjungi.
8.    Istanbul, Turki
Pria-prianya tampan. Kata pertama yang muncul ketika Ollie melihat bell boy di hotel tempat ia menginpa. Begitu pula lelaki yang ia jumpai.
Ollie bertemu dengn Peter, mitra perusahaan tempat ia bekerja. Namun, seperti kata Layla, ia seolah tidak menemukan chemistry dengannya walaupun Peter adalah lelaki dengan paket lengkap. Tampan dan pintar.
Bab ini menegaskan bahwa fisik tak pernah berhasil menerima cinta. Komunikasi hati yang paling penting.
9.    Almaty, Kazakhtan
Ollie mengajarkan social media for good kepada 20 orang. Jamal, peserta dari Afganistan berasa antusias dengan materi yang disampaikan Ollie. Dia pun menyarankan Jamal untuk menuliskan tentang negeri bisa lewat blog/ twitter/ facebook.
Tentang bagaimana menggunakan kata-kata yang tepat untuk menyentuh emosi orang lain, dan menggunakan lima panca indra untuk membuat konten menarik di social media. (Hal 135)
10. Alexandria, Mesir.
Mengapa orang begitu tertarik mengetahui masa lalu mereka? Untuk belajar dari pengalaman hidup sebelumnya. Untuk menyelesaikan misi hidup yang belum selesai. (Hal 140)

Ollie merasa kebersamaannya dengan Peter tak lagi memiliki kehangatan. Maka di Alexandria, kota di mana kisah cinta Marc Anthony dan Cleopatra diciptakan, ia memutuskan berpisah dengan Peter.
11. New York, Amerika Serikat
Ollie kesulitan menemukan taksi untuk mengantarnya ke Blues Alley. Musik jazz mengingatkan pada mantan mertuanya yang suaranya bagus dan hobi menyanyi lagu jazz. Juju, temannya, berkali-kali mengajaknya bar-hopping dan akhirnya ia pun mengiyakan. Di sana, ia pun diajak Diego berdansa.
Dansa yang membangunkanku secara spiritual, dansa yang energinya mengubah cara pandangku terlihat hidup, dansa yang membuatku jatuh cinta.(Hal 168)