Selasa, 08 Maret 2016

GUE MAH GITU ORANGNYA



Setiap kisah, baik fiksi maupun nyata, selalu ada tokoh utama dan figuran. Tokoh utama selalu protagonis (walaupun ada yang secuil antagonis) dan yang sangat mengenaskan adalah jika sudah jadi figuran ditambah peran antagonis. Gak bisa dibayangin deh. Jika beneran ada orang kayak gitu di dunia nyata, kasihan sekali ia. Sudah gak bahagia di dunia begitu pula di akhirat. Dan gue gak mau jadi yang begituan. Dalam skenario hidup gue, harapannya tokoh utama dan antagonis adalah gue.
Siang itu, hari dengan awan putih yang biasa berarak di langit yang biru, gue sebut  diri gue dengan Mawar. Ah, jangan deh. Nanti dipikir gue …. Akhir-akhir ini mawar jadi punya konotasi negatif gara-gara media sering menggunakannya dalam inisial korban kejahatan. Kalo gitu dengan gagah berani dan tanpa tedeng aling-aling, sebut gue Mawar (loh, akhirnya tetap Mawar juga). Eh, jangan deh. Gue harus menghargai nih pemberian nama terbaik dari kedua orang tua gue. Jeng jeng jeng… gue Aya, gadis bungsu yang doyan mie ayam dan steak serta hobi tidur di mana pun tempatnya.
***
“Assalamu’alaikum, pak. Saya Aya, mahasiswa bimbingan Bapak yang ingin konsultasi. Maaf apa besok Bapak ada waktu luang? Begitu menurut kamu?” ujar gue pada temen gue untuk meminta saran.
Dia malah sibuk main game Parampaa. Zaman dulu belum ada CoC atau Get Rich yang boomingnya gak karuan kayak sekarang. Ada Onet di laptop aja udah sujud syukur alhamdulillah. Eh, hlo. Tiba-tiba jadi ngomongin game jadul kayak gini. Tapi gak papa lah, hanya sekedar nostalgila beberapa detik saja. Nostalgia maksudnya.
“Boleh-boleh. Tapi lebih sopan lagi kalo loe telpon langsung aja. Ga punya pulsa loe?” sindir teman gue yang masih berkutat dengan Parampaanya di level lima.
Mungkin jika di dekatnya ada segepok kerikil sebesar buah kelapa bakalan gue lempar secepat kilat ke arahnya. Tapi setelah celingak celinguk kanan kiri depan belakang, gue malah dapat serenteng makanan ringan lima ratusan yang dijual di Sekretariat HMP Fisika. Hari ini dia beruntung.
Setelah gue pikir dengan jurus seribu bayangannya Naruto ditambah Saringannya Sasuke (hubungannya apa coba?), gue putusin buat telpon dosen pembimbing pertama gue. Sebut saja Pak Je. Karena kantor beliau tidak segedung dengan tempat kuliah gue, alhasil gue harus apel ke tempat Bapak penyuka drama Saeguk[1] itu. Dan firasat gue tidak meleset sama sekali. Beliau baru sibuk mengotak atik USB dengan solder plus menonton drama korea Dong Yi. Speechless.
Maka, konsultasi siang itu lebih dominan gue nemenin beliau nonton Dong Yi ketimbang merevisi bab satu dua tiga dari skripsi gue yang udah ditodong harus selesai dalam waktu kurang dari enam bulan. Kalo enggak, gue diskatmat mbak gue buat bayar SPP sendiri. Dari mana dapat uang segitu? Les privat sih iya, tapi uangnya cuma mampir di dompet paling lama sepekan terus menghilang kayak layangan yang kalah tanding. Ngeneslah.
Ga usah suwe-suwe, Mbak. Ndang cepet trus gek ndadang lulus, ya? Pokok e kudu sregep sing revisi[2],” ujar beliau di akhir obrolan kami sore itu.
Gue berasa kayak tanaman yang udah sakaratul maut lalu disiram dengan air segar ditambah pupuk pemberi kehidupan. Lega! Dosen pembimbing gue support keinginan gue. Alhamdulillah. Dosen pembimbing satu clear.
Mari ke Bapak De. Beliau adalah dosen pembimbing skripsi kedua gue. Harapannya sih moga-moga juga lancar-lancar aja. Tapi …
Dua bulan lagi saya pensiun, Mbak? Pripun? Mbak e ganti dosen pembimbing aja, ya[3]?” usul beliau kepada gue.
Dan jadilah gue patung dalam beberapa menit. Tapi bukan patung batu kayak Malin Kundang hlo, ya? Gue ‘kan bukan anak durhaka. Baik hati, tidak rajin menabung dan suka menolong. Gue mah gitu orangnya.
“Gimana, Mbak?” tanya Pak De yang melumerkan kebekuan gue.
Pripun, nggih, Pak[4]?” jawab gue penuh ragu.
Hening sesaat. Percakapan gue dengan beliau berubah menjadi dingin tanpa sahutan dari masing-masing kami. Sampai, angin kehidupan gue datang dari arah yang tak terduga.
“Atau gini aja, Mbak. Sebelum saya pensiun, Mbak harus menyelesaikan skripsinya. Gimana?”
Mak nyes. Allah selalu memberikan skenario terbaikNya di saat yang paling riskan dan dibutuhkan. Sungguh di luar dugaan. Otomatis gue sambut saran Pak De dengan wajah sesumringah mungkin.
“Iya, Pak. Terima kasih.”
Gue berasa dapat durian runtuh. Eh! Ogah ah! Sakit kali dapat buah berduri tajam nan garang itu jatuh di atas kepala gue. Kayak adonan kue yang diuleni dan dibanting gak jelas biar tidak bantat.
***
“Apaaaa?! Minimal pendaftaran pendadaran hari Jum’at? Ini udah Senin, kan?” tanya gue untuk memastikan omongan temen gue yang baru keluar dari kantor bagian pendidikan.
Dia baru aja mencetak form sidangnya yang dilaksanakan sepekan lagi. Kemarin-kemarin dia udah angkat bendera putih.
“Ya udahlah, Aya. Gue ikut wisudanya bulan Desember aja. Udah nyerah gue. Pak Ef susah banget dibujuk untuk ujian pekan depan. Lagipula, makalah gue juga belum fix beneran,” keluhnya saat gue menanti kedatangan Pak De untuk meminta persetujuan sidang.
“Jangan, dong! Ini kan baru bulan Juli. Kelamaan kalo mesti nunggu wisuda Desember. Harus September, Teman! Lagian kamu gak mubazir tuh ngeluarin uang SPP cuma-cuma?” bantah gue.
Walaupun uang semesterannya gak nyampe tujuh digit, gue tetap merasa harus perjuangin ini sampai akhir.
“Gue gak akan bilang kalau loe pasti berhasil jika berjuang sekuat tenaga, tapi jika loe menyerah sekarang, sudah pasti loe tidak akan berhasil,” imbuh gue.
Dan provokasi gue berhasil. Sekarang dia tinggal tunggu tanggal mainnya buat syuting. Eh, buat pendadaran maksudnya.
“Buruan, Loe! Gak asyik, nih kalo loe yang udah nyemangatin gue tapi malah loe yang mlempem,”teriaknya buat menyemangati gue.
Gue sih juga pengen segera daftarin diri gue ke bagian pendidikan. Tapi itu gak segampang kayak gue ketuk pintu, bilang salam terus minta didaftarin online. Gue harus melewati satu benteng besar dulu sebelumnya. Dan benteng itu bernama benteng Takeshi. Hehe… bukan dong, ya. Emang game yang gak tahu siapa pemenangnya itu.
Jadi hari ini gue harus mendapat izin dulu dari Pak Es dan meminta dosen penguji dari beliau. Nah, di sini ini nih problemnya. Beliau dikenal dengan dosen yang perfeksionis. Syarat harus komplit, tanda baca di skripsi gak boleh ada yang salah, typo-typo gak bakalan ditemukan jika beliau jadi dosen pembimbing skripsi (untung gue enggak).
Dan diketuklah pintu berkaca itu sebanyak dua kali. Seorang lelaki paruh baya yang berumur hampir lima puluh tahunan duduk di depan meja kerjanya menyambut gue.
“Permisi, Pak.”
“Monggo, Mbak[5]. Mau minta dosen penguji?” tanya beliau datar.
“Nggih, Mbak[6]?”
“Kelengkapannya mana?”
Gue sodorin syarat-syarat yang dibutuhkan untuk diizinkan Pak Es mendaftar ujian pendadaran. Dari makalah skripsi yang lengkap, bukti penyelesaian tugas akhir yang lain—seminar dan eksperimen fisika—transkip nilai dan kawan-kawannya.
“Lha ini kok belum ada tandatangan pembimbing kedua di buku konsultasi, Mbak?” tanya beliau masih dengan wajah datar.
Skakmat. Gue gak berkutik. Emang salah gue juga sih. Soalnya, seinget gue, konsultasi ke pimbimbing dua cuma ada dalam hitungan jari dan itu pun gue gak pernah bawa buku konsultasi.
“Dilengkapi dulu, Mbak!” pinta beliau.
“Iya, Pak. Besok insyaallah saya ke sini lagi, Pak.”
“Besok saya gak di sini, Mbak. Ada ujian PPG dan saya jadi pengawasnya. Senin, ya?” ujar Pak Es.
Gue pun hanya berani mengangguk. Padahal di dalam hati geleng-geleng. Bagaimana tidak, hari Jum’at adalah deadline terakhir gue untuk ngedate dengan petugas bagian pendidikan alias mendaftarkan nama gue sebagai peserta sidang skripsi. Ya Allah, apa gue kudu lambaikan tangan ke kamera?
Namun, lagi-lagi, selain rezeki yang datangya dari arah yang tidak terduga, pertolongan Allah pun juga begitu.
Akhirnya pas hari Jum’at mendekati adzan, dua nama dosen penguji berhasil gue kantongin. Jadi kemarin, pas gue keluar dari kantor Pak Es dengan badan lunglai, temen gue yang lain, sebut saja Mbak An, mengalami nasib serupa. Lebih parahnya lagi, dia belum dapat acc untuk tugas akhir seminar fisika. Gue bantu dia untuk bertemu dengan dosen gue pengampu seminar fisika, mendatangi rumah beliau. Soalnya beliau sedang sakit sehingga tidak pergi ke kampus.
Berhasil!
Dia dapat tanda tangannya. Saat itu hari Kamis dan matahari sudah kembali ke tempat hiatusnya sesaat digantikan sahabatnya, rembulan. Kami belum mau menyerah. Kami mah gitu orangnya.
Jum’at pagi menjelang siang, gue dan Mbak An memiliki misi yang sama. Menemui Pak Es dan mendapatkan tanda tangannya. Setelah menunggu hampir satu jam, beliau keluar dari kelas dan kami langusng menghambur ke arahnya. Tanpa ba bi bu lagi, kami langsung berusaha keras membujuk beliau. Dan… jeng jeng jeng. Kami berhasil (lagi). Menurut gue, Pak Es ini termasuk tipe dosen yang menguji semangat mahasiswa untuk berusaha terus atau menyerah saat itu juga. Hehe…
Namun, cerita gue ini tak berakhir happy ending kayak dongeng Cinderella. Faktanya, gue gak berhasil wisuda di bulan September dikarenakan salah satu dari dosen gue gak bisa hadir jika ujiannya diselenggarakannya pekan depan. Dengan berat hati dan senyum memaksa, gue harus say goobye dengan bulan September dan memberikan ucapan selamat datang kepada bulan Desember. Namun, gue gak pernah sekali pun menyesal karena mati-matian berusaha. Bagi gue, usaha itu tidak akan pernah sia-sia walaupun tidak membuahkan hasil layaknya pemain cadangan dalam sebuah pertandingan olah raga.
Gue kembangkan rona merah muda di pipi dan berkata ‘gue mah gitu orangnya’.


[1] drama kolosal Korea
[2] “Tidak usah lama-lama, Mbak. Cepat selesai dan lulus, ya? Yang jelas harus rajin untuk revisi.”
[3] “Dua bulan lagi saya pensiun, Mbak? Bagaimana? Apa ganti dosen pembimbing saja?”
[4]”Bagaimana, ya, Pak?”
[5]“Silahkan, Mbak.”
[6]”Iya, Mbak?”

Tips dan Tips:
1.      Kenali diri dan dosen loe. Gak semua dosen pengagum mahasiswa super pintar. Adakalanya beliau lebih respect pada mahasiswanya yang benar-benar serius dengan melihat kegigihan mahasiswanya menemui beliau.
2.      Seberapa pun kita berusaha tetaplah Allah yang menentukan hasilnya. Jadi tetap doa, berusaha dan tawakal. Karena kita tidak hanya membujuk dosen tetapi juga Allah, Maha dari segala Maha.
3.      Katakan pada diri loe : ‘jika gue menyerah sekarang, selamanya gue tidak akan berhasil’.



Senin, 07 Maret 2016

[PEMENANG REVIEW + GIVEAWAY] CINDER THE LUNAR CHRONICLES

Yuhuy. Senang rasanya ketik menjadi host blogtour untuk pertama kalinya. Very excited. Bahagia pula ketika melihat kolom komentar yang biasanya Nol #eh, kini bisa mencapai dua puluhan. Hehe.
Namun, pusing pula ketika saya harus memilih satu dari dua puluhan komentar yang bagus. Apalagi soal saya yang menyangkut anime ditanggapi para pecinta anime juga. xixixi.
Ehem ehem. Kayaknya terlalu banyak ngelantur nih. So langsung aja. Pemenang beruntung yang berhasil merebut hati saya #ceile dan mendapat 1 buah buku Cinder adalah....

IRFAN RIZKY
(@irfansebs)

Selamat ya..

Eits tunggu dulu. Saya masih punya pemenang favorit yang mendapat surprise dari saya. Dan orangnya adalah ...
FANNY A. D
(@fannyarivia)

Selamat untuk kedua pemenang. Kirim biodata berupa Nama, Alamat Lengkap, No HP ke ayatin07@gmail.com

Terima kasih untuk rekan-rekan semua yang mendukung giveaway ini. Arigatou gozaimashita :)
Tunggu di giveaway selanjutnya ya

Selasa, 01 Maret 2016

[REVIEW + GIVEAWAY] NOVEL – CINDER THE LUNAR CHRONICLES

[REVIEW + GIVEAWAY] NOVEL – CINDER THE LUNAR CHRONICLES




Penulis            : Marisa Meyer
Penerjemah   : Yudith Listiandri
Penyunting     : Selsa Chyntia
Proofreader   : Titis A. K.
Penerbit         : Spring
Cetakan          : Pertama, Januari 2016
Halaman         : 384 hal
Harga              : Rp. 79.000,00*

Wabah baru tiba-tiba muncul dan mengecam populasi penduduk Bumi yang dipenuhi oleh manusia, cyborg, dan android. Sementara itu, di luar angkasa, orang-orang Bulan mengamati mereka, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
Cinder, seorang cyborg, adalah mekanik ternama Beijing. Gadis itu memiliki masa lalu yang misterius, diangkat anak dan tinggal bersma ibu dan dua orang saudara tirinya. Suatu saat, dia bertemu dengan Pangeran Kai yang tampan. Dia tidak mengira bahwa pertemuannya dengan Sang Pangeran akan membawanya terjebak dalam perseteruan antara Bumi dan Bulan. Dapatkah Cinder menyelamatkan sang Pangeran dan Bumi?

Berakhirnya perang dunia keempat yang meluluhlantahkan peradaban yang ada, Bumi terbagi menjadi enam negera: Persemakmuran Timur, Kerajaan Inggris, Federasi Eropa, Uni Afrika, Republik Amerika dan Australia.
Cinder, sang cyborg mekanik ternama di New Beijing, ibukota Persemakmuran Timur, kedatangan tamu spesial yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Memakai kaus bertudung abu-abu, Pangeran Kai tampak sederhana dan menawan di mata Cinder. Pangeran juga tidak mengira bahwa Linh Cinder adalah seorang wanita.  Tujuannya mendatangi kios Cinder adalah untuk memperbaiki android pertamanya, Nainsi, yang rusak. Pangeran memerlukan informasi yang diketahui Nainsi tentang Negeri Bulan.
Cinder hidup dalam perwalian ibu tirinya—seorang cyborg harus hidup dalam tanggungan manusia—Adri bersama kedua saudara tirinya, Peony dan Pearl.
            Suatu malam, Cinder ditemani Iko—android milik keluarga Linh yang biasa membantu Cinder—dan Peony, pergi ke tempat rongsokan mencari magbelt untuk hovernya. Tidak diduga, di tempat itu Peony positif terkena letumosis, wabah yang menyerang makhluk bumi tanpa tahu sebab dan gejalanya. Cinder pun dicurigai terjangkit wabah tersebut. Namun, tanpa alasan yang pasti, hasilnya negatif.
            Sesampai di rumah, Cinder mendapati dirinya sudah diserahkan menjadi relawan penelitian laboratorium kerajaan oleh ibunya tirinya sebagai sakit hati karena ia menyalahkan Cinder sebagai penyebab terjangkitnya Peony. Ia pun dibawa ke kerajaan dan bertemu dengan dokter Erland. Sungguh di luar bayangan, tubuh Cinder kebal terhadap penyakit tersebut. Hal itu pula yang memakasa dokter Erland untuk menguak siapa Cinder sesungguhnya dan bagaimana itu terjadi.
            Di sisi lain, Ratu Levana, ratu Bulan siap mendatangi Pangeran Kai setelah berita kematian Sang Kiasar menyebar. Sang Ratu memberikan syarat pernikahannya dengan Pangeran Kai demi perdamaian Bumi Bulan. Untuk pertama kalinya sang Ratu berpidato di hadapan warga yang berdemo memprotes keberadaan dirinya, namun tiba-tiba semua hening. Orang yang berteriak menentang Ratu seolah tunduk seketika. Kecuali Cinder yang tidak sengaja terjebak di kerumunan warga saat ia harus bertemu dengan Pangeran karena berhasil menemukan rahasia yang dibawa Nainsi. Ratu pun sadar bahwa ada makhluk Bulan yang bersembunyi di Bumi. Perdamaian terancam gagal sampai Cinder datang ke pesta dansa dan membuat segalanya berubah. Bagaimanakah akhir kisah Cinder dan Pangeran Kai? Siapakah identitas Cinder yang sebenarnya hingga dokter Erland memaksa Cinder untuk segera menjauh dari Ratu Levana?
            Pertama kalinya membaca karya Marisa Meyer ini seolah bernostagia dengan dongeng anak perempuan seperti Cinderella. Begitu pula bagi mereka yang lahir tahun 90-an pasti mengenal anime Sailormoon. Walaupun di awal alurnya terkesan melambat, tapi saya cukup menikmati hingga di bagian tengah satu persatu rahasia masa lalu Cinder terungkap.
Novel ini termasuk genre dystopia dan saya malah belum pernah sekali membaca genre tersebut. Sehingga bagi pembaca awam seperti saya mungkin agak kesulitan dengan istilah asing. Perlu berkali-kali membolak-balik halaman karena bingung istilah tadi maksudnya apa, ya. But over all, I enjoy it sekali pun masih ditemukan beberapa typo di dalamnya. So, buat kamu yang ingin mencicipi novel luar negeri dengan rasa yang berbeda, Cinder cocok menemanimu di tengah musim hujan bersama secangkit teh hangat.
Eits hampir lupa. Ada 1 (satu) Novel Cinder buat satu orang yang beruntung, lho. Caranya mudah bange. Simak langsung, ya! 
1.      Memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2.      Harus Like Facebook Fanpage Penerbit Spring, follow twitter @PenerbitSpring   & Instagram @PenerbitSpring 
3.      Follow  akun twitter @tenchoQ dan blog ini. Baik lewat G + atau e-mail ataupun via GFC (Google Friend Connect)
4.      Share info GA ini dengan memention @tenchoQ dan @PenerbitSpring dengan hastag #BlogtourCinderGA.
5.      Dan jawab pertanyaan berikut ini  dengan menyertakan, nama, akun twitter, IG, Facebook, domisili dan link share

Jika kalian ingin membuat sebuah novel, kira-kira anime apa yang bakalan menginspirasi kalian?

Good luck, ya? Silakan menyebar jampi-jampi keberuntungan :)