Jangan menunda pekerjaan hari ini hingga esok; hadirilah urusan negara secara langsung; dan jangan tidur sejak dia memasuki masa kekhalifahan, karena, ketika dia tidur menutup matanya, jiwanya tetap terjaga. (hal. 5-6)
Buku ini dibagi menjadi dua part yaitu Khaizuran (ibu dari Harun Ar-Rasyid) dan Zubaidah (istri Harun Ar-Rasyid).
Khaizuran sendiri menjadi sosok yang dari budak menjadi seorang ratu dengan segala kemegahan dan pola pikirnya yang tangguh. Bagaimana ia menjadi Ratu sekaligus Ibu dari anak-anak kandungnya. Sepak terjangnya menjadi gambaran perjuangana ia di harem istana. Memang saat membaca bagian awal buku ini, memang alur dan bahasanya cukup sulit dicerna. Tapi nikmati saja. Hehe...
Saat masuk ke kisah Zubaidah, aku langsung enjoy aja bacanya. Kisahnya cukup penuh intrik setelah kematian Harun Ar Rasyid. Baik dari konflik internal keluarganya dan dari harem istana. Dan well, begitulah istana.
Banyaknya tokoh yang dikisahkan di buku ini, memang menguras ingatan apalagi kadang ditulis dengan nama panggilannya 😆 Salah satu hal yang aku tandai adalah betapa besar pengaruh syair, puisi, lagu dan wanita (pastinya) dalam menggambarkan peristiwa baik politik, romansa, kebahagiaan dan kesedihan. Rasanya dongeng 1001 malam seakan nyata 🙂 Terima kasih @bukurepublika telah mengenalkan dua wanita hebat dalam hidup Harun Ar-Rasyid