Kali
ini, sepakbola tidak hanya bisa dilihat secara langsung di stadion, tetapi juga
di dalam kereta api ekonomi. Bedanya, handphone jadul Rui yang menjadi obyek
tendangan. Yah, dia tidak sengaja membiarkan si handphone menghantam lantai
ketika berdesakan masuk gerbong yang hampir overload.
“Handphoneku!”
seketika ia menjadi artis dadakan di balik bau asam dan kecut pekerja maupun
mahasiswa yang akan pulang kampung.
Kini
semua mata menembaki Rui. Dan dia hanya bisa senyum meringis sambil menundukkan
sedikit kepalanya, sebagai pertanda minta maaf.
Semenit
kemudian, ia larut dalam pencarian MH70, eh bukan, handphone N70-nya. Bagai
semut yang kehilangan kawanannya, ia hanya celingak celinguk dan bilang permisi
berkali – kali saat melewati penumpang yang sudah nyaman duduk di lantai
beralaskan koran.
“Ini
handphone mbak?”
Seorang
siswa SMA yang masih mengenakan seragam abu – abunya mengangkatnya ke langit
seolah – olah sedang mendapatkan piala kebanggaannya.
Kegundahan
Rui pun lumer setelah soulmatenya itu berhasil ditemukan. Ia pun berjalan ke arah
siswa tersebut yang masih asyik mendengarkan mp3 playernya.
“Terima
kasih ya, Mas udah nemuin handphone saya?” Rui berbasa basi.
Si
siswa yang berambut jambul kayan Tin Tin itu cuma angguk – angguk menikmati
lagu yang terdendang dari kotak hitam bergaris merah. Ingat, ya kotak hitam di
sini bukan blackbox yang biasa dicari tim SAR.
“Mas!
Hellooooo!!!” teriak si Rui yang merasa dikacangin si ABG labil.
Rui
pun menjadi artis di gerbong itu untuk kali kedua. Dan ia harus terpakasa
nyengir kuda kembali.
“Ada
apa ya, Mbak?”akhirnya si anak SMA baru sadar dirinya dipanggil.
“Handphone
saya,” jawab Rui datar.
“Handphone
mbak kenapa? Saya bukan tukang reparasi, Mbak?”
“Duh
dek. Maksudnya handphone yang mas temukan barusan, nokia N70,” Rui sudah malas
bertele – tele.
“N70?
Masih ada handphone kayak gitu, Mbak?”
Ini
mas malah bikin gunung berapi di hatiku meletus, batin Rui.
“Mbak,
ini handphonenya di saya.” Tiba – tiba ada seorang ibu yang punya goresan
halilintar di dahinya. Harry potter versi ibu – ibu.
Mendapati
ada seseorang yang menepuk pundaknya mendadak, Rui berteriak sejadi – jadinya.
Lagi, ia menjadi artis untuk ketiga kalinya.
“Tenang
Mbak, saya bukan pencopet kok!”
“Eh
iya bu. Maaf – maaf. Tapi terima kasih ya, Bu!” jawab Rui saat pikirannya mulai
tersadar.
Si
ibu pun kembali ke bangkunya setelah mengantar handphone milik Rui.
“Makanya
mbak, kalau di gerbong waspada. Kayak yang dikatakan bang napi. Kejahatan
terjadi bukan hanya karena ada niat pelaku tapi juga karena ada kesempatan,
waspadalah waspadalah!” ujar si ABG yang kembali bergeleng – geleng menikmati
lagu dangdut dari dalam mp3nya.
Rui
pun hanya manyun.
***
Hari
ini, genap sudah tujuh tahun sepuluh bulan sebelas hari sejak hari itu. Yah,
episode di gerbong itu menjadi kilasan sejarah yang tercatat apik di memori
Rui. Dia menjanjikan pada dirinya bahwa drama sepakbola N70 tidak akan
terulang. Ia pun menepatinya dengan tidak menumbalkan N70nya tetapi smartphone
yang bernenek moyang sama dengan handphone jadulnya dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar