Minggu, 18 Agustus 2019

REVIEW FIKSI: ME AND MY BROKENHEART

ME AND MY BROKENHEART

Memecahkan soal matematika rasanya tetap lebih muda daripada melepas seseorang yang pernah mengisi hati kita. Bagi Luna, separuh hatinya masih mengharapkan sang mantan. Dan bagi Mika, si cowok favorit disekolah adaluka masa lalu yang sulit sekali ia sembuhkan sendiri.


Mika dan Luna bertemu ketika tak satu pun dari mereka mengharapkanapa-apa tentang cinta. Hanya berusaha saling menguatkan karenapatah hatinya masing-masing. Luna merasa memiliki teman yang mengerti bagaimana sulitnya hidup tanpa orang tersayang.


Namun tanpa disadari, pertemanan itu berubah menjadi saling menyayangi. Me and my brokenheart adalah kisah dua orang yang berpura-pura tak peduli pada hati yang mulai tumbuh kembali setelah sebelumnya patah. Mampukah mereka selamanya mengingkari?

Move on itu sulit kalau yang bersangkutan sebenarnya nggak mau move on. Saat lo mau move on, berarti lo harus rela meleopas bukan hanya orangnya tetapi juga rasa dan kenangannya.

‘Mik, kebahagiaan terbesar seorang ibu itu waktu anaknya lahir di dunia.’(hal 52)


Mika baru saja diputusin Ana. Seberap kuat ia coba melupakan Ana, pada akhirnya bayang-bayang Ana masih menghantui. Apalagi kehidupan barunya bersama ayah kandungnya setelah ibunya meninggal , membuat Mika harus lebih intens mempererat hubungan mereka. Bahkan ia juga baru tahu memliki kembaran bernama Revon.
Tanpa ia duga, Luna, teman Ana, mengibarkan bendera perang. Bahkan gadis itu sering bersikap ketus padanya. Namun lambat laun, kehadiran Luna menjadi salah satu hal spesialuntuknya. Bagaimana dengan Luna sendiriyang masih belum bisa melupakan Juna, salah satu teman Mika?

Halo, semua. Apa kabar hari ini? Untuk sekian purnama, akhirnya aku bisa blog ini *maafkan Mamamu yang sok sibuk ini, Nak.

Jadi, untuk sekian purnama pula,aku membaca novel teenlit dengan tema khas remaja: cinta,persahabatan, keluarga. Yeay!

Apa sih yang kusuka dari novel ini?

First, kedua tokoh utama: Mika dan Luna. Keduanya punya karakter yang klop. Mika yang ceria, easy going ini bikin senyam senyum pas baca. Dipadukan dengan Luna yang lebih kalem dan sedikit tertutup dengan masalahnya. Bisa dibilang konflik mereka pun setipe.


Second, dialog antartokohnya pas. Nggak lebay. Bahkan candaan Mika masih bisa masuk ke aku. Narasinya khas teenlit. Meski kosakata yang dipakai cenderung itu itu aja, aku rasa ini nggak bikin boring.


Third, ilustrasi yang apik didukung dengan font yang pas. Ehm, apa ya. Aku termasuk orang yang agak perhatian dengan pilihan font. Karena ukuran yang pas, bisa bikin betah baca. Hehe. Ah dan tak lupa warna covernya yang nonjok ke mata. Hehe.

Fourth, kisah tokoh lainnya. Bener nggak sih yang Matt dan Mou di sini adalah Matt-Mou yang sama di novel Wulanfadi sebelumnya? Suerr, aku nggak tahu soalnya?

Fifth, aku semua perpaduan komplit dari no 1-4. Hehe


Well, novel teenlit ini cocok untuk bacaan ringan yang bisa bikin ketawa sekaligus sedih. Tapi, nggak bakalan rugi deh buat baca novel ini.


Terakhir, terima kasih untuk Gagas Media, Mbak Wulanfadi dan mbak Rizky yang sudah memberi kesempatan untuk membaca dan mereview buku ini. Semoga kita bisa berjodoh lain waktu.

‘Kadang orang yang terlihat paling bahagia juga ingin terlihat bersedih, agar dunia tahu bahwa kebahagiaannya itu kebohongan besar.’ (hal. 60)