Selasa, 26 April 2016

[RESENSI] NON FIKSI - BUKA-BUKAAN DUNIA TAMBANG

TA’ARUFAN DENGAN NEWMONT, YUK!
 
Penulis                                     : Peserta Sustainable Mining Bootcamp Newmont
Penyunting                              : Diha dan Andika Budiman
Desain Sampul                        : Kulniya Sally
Desain Isi                                : Kulniya Sally
Proofreader                             : Febti Sribagusdadi Rahayu
Layout Sampul dan Seting Isi   : AhmadSyazidin dan Sherly
Penerbit                                   : Penerbit Kaifa
Cetakan                                   : Pertama, Februari 2016 
Halaman                                  : 190 hal

 Pasti pernah mendengar pepatah, semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Di mana bisa dilihat dari para artis yang makin tenar, makin banyak pula gosip tidak sedap tentang dirinya. Atau bisa juga semakin strong perusahaan, banyak pula godaan dan persaingan baik secara intern maupun ekstern. Itu pula yang dialami PT Newmont yang dulu beroperasi di Minahasa dengan nama PT NMR (Newmont Minahasa Raya) dan sekarang di Sumbawa dengan nama PT. NNT (Newmont Nusa Tenggara). Pernah tersangkut kasus teluk Buyat tahun 2004, namun terbukti bebas dari tuduhan tahun 2012, tentu saja citra yang didapat tidak mungkin instan jadi baik. Apalagi mendengar kata pertambangan sendiri yang selalu berkonotasi negatif, membuat PT NNT harus melakukan sesuatu. Membuka seluas-luasnya dan sejujur-jujurnya tentang siapa itu PT NNT. Maka terselenggaralah Sustainable Mining BootCamp yang terdiri dari 27 orang berkisah tentang PT NNT dan 4 orang di bekas pertambangan PT NMR. Seluruh peserta terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda: freelance wtiter, travel blogger, konsultan, S1 maupun S2. Nah kisah mereka tersebut dirangkum apik dalam Buka-Bukaan Dunia Tambang yang diterbitkan oleh Pastel Book.
 
Letak PT NMR dan PT NNT
(Sumber: Google Map)
 Secara rinci, buku ini terbagi menjadi dua aspek: proses pertambangan (termasuk pengelolaan tailing) dan program kesejahteraan daerah lingkar tambang. Proses pertambangan cukup detail dijelaskan oleh Eko Budi W. Mulai dari pengeboran dan peledakan batu agar terpisah dari tanah hingga pengelolaan tailing yang diarahkan ke Teluk Senunu (Hal 24). Begitu pula reklamasi bekas penggalian yang ditanami pohon-pohon bernilai jual tinggi seperti pohon jati. Hasilnya, bisa dibaca dari pengamatan 4 peserta bootcamp di PT NMR sekitar Teluk Buyat. Daerah tambang yang terlihat tandus dan gersang kini menjadi daerah semak belukar yang rimbun. Serta tumbuhnya karang buatan sebagai bukti bahwa tidak ada pencemaran laut seperti yang yang digaung-gaungkan beberapa tahun silam.
 
Teluk Senunu
(Sumber: assets.kompasiana.com)
Tidak, karena tidak ada luka yang bisa kembali sperti semula. Semuameningglakan bekas. Namun, bagaimana luka itu bisa diperban dengan baik, hingga tak tampak daripermukaan. (Hal 44)
                Dari peserta lainnya, kita akan memperoleh informasi bahwa PT NNT tak sekedar habis manis sepah dibuang. Ada program CSR (Corporate Social rensposibility) yang bergerak di bidang kesehatan, ekonomi dan sosial. Beberapa puskesmas dengan fasilitas yang cukup memadai sudah dibangun, pengembangan budidaya lidah buaya semakin digalakkan, penyerapan warga lokal sebagai karyawan PT NNT, pengelolaan sampah dengan didirikan bank sampah. Saya terkadang mikir, hla terus peran pemerintah pusat mana, ya? #eh
                Membaca buku ini seperti menutup luka lama dengan membuka pemikiran baru tentang pertambangan. Jujur, saya sendiri selalu berpikiran negatif kalau bicara tentang penambangan dikarenakan media yang dominan menunjukkan sisi minusnya ketimbang baiknya. Rasanya ingin menolak segala aktivitas pengeksploran sumber daya alam, namun bagaimanapun juga kehidupan saya juga bergantung pada hasil tambang. Itulah yang ingin disampaikan PT NNT kepada peserta pada khususnya dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya. Menyajikan point of view, gaya penulisan,  dan tema detail yang berbeda, pembaca tidak akan merasa bosan dengan buku bertema “berat” ini. Seolah ini tak bedanya dengan buku traveling yang sedang booming akhir-akhir ini, namun lebih spesifik ke daerah pertambangan PT NNT. Arrgh, beneran penasaran dari lembar pertama hingga terakhir.
 
                Namun, jangan mengira ini buku pembela PT NNT, ya. Pembaca akan mendapat informasi seimbang dan netral dikarenakan peserta bebas berinteraksi dengan warga lingkar tambang yang tidak sungkan curhat tentang apa yang mereka rasakan. Dari masih adanya kesetimpangan sosial warga karyawan PT NNT maupun non karyawan hingga kriminalitas yang meningkat akibat kegiatan tambang (Hal 75).

Tambang adalah kebutuhan; Menjaga keseimbangan alam adalah kewajiban; Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan. (Hal 123) 
Saya pernah mendengar dari dosen kuliah saya dulu, bahwa pikiran diri sendiri bisa mempengaruhi orang sekitar. Nah, bukankah sudah saatnya kita menularkan pemikiran positif tentang pertambangan dengan membaca buku ini lalu menghamburkannya?