Selasa, 31 Maret 2020

[REVIEW FIKSI] CINTA DI UJUNG SAJADAH

[REVIEW FIKSI: CINTA DI UJUNG SAJADAH]
MENCARI CINTA IBU

Judul: Cinta di Ujung Sajadah
Penulis: Asma Nadia
Penerbit: Republika
Editor: Ade Damayanti
Desain Cover: Rezolusy
Cetakan ke: 2, 2020
Jumlah hal: 306 hal + xiv



“Bahwa masa-masa gemilang dan kesuksesan harus dibentuk dengan kerja keras dan tidak terjebak pada budaya serba instan.” (hal. 58)

Halo semua, apa kabarmu di saat WFH begini? Meski bosan, semoga tetap bersapar di tengah upaya pemerintah melawan virus corona, ya?

Anyway, kemarin aku berhasil menyelesaikan novel Cinta di Ujung Sajadah. Nah, buku ini berkisah tentang apa?
Cinta adalah seorang gadis piatu. Belasan tahun ia mencari tahu siapa ibunya? Namun ayah Cinta tak pernah mau mengatakan siapa ibunya? Dimana ibunya berada? Bahkan Cinta tidak tahu bagaimana wajah ibunya. Ayah Cinta telah menghapus semua jejak tentang ibunya.
Cinta semakin merasa tersisih. Sejak ayahnya menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri. Tak pernah ia temukan surga di rumahnya. Sampai suatu hari hadir seorang laki-laki, Makky Matahari Muhammad. Lelaki yang humoris tapi santun itu mengenalkan sebuah dunia baru kepada Cinta. Membawakan setitik cerah di kehidupannya.

Sesuai blurbnya, kisah ini tentang Cinta yang tinggal dengan Papa, Mama Alia (ibu tiri) dan kedua saudara tirinya, Anggun dan Cantik. Mirip dengan kisah dongeng yang ada, perlakuan ibu dan saudara tiri ke Cinta bisa dikatakan buruk. Lebih memburuk lagi ketika kedatangan Makky, tetangga barunya yang berhasil menyita perhatian Cinta, Cantik dan Anggun.


Dan bagian yang cukup ‘what?’ adalah kejadian di ulang tahun Cinta yang ke-17. Menurutku ini menjadi titik balik cerita ini, yang nggak sekedar cerita perebutan cowok antar saudara tiri.
Petualangan Cinta dan kawan-kawan cukup menguras emosi, sih. Aku sendiri mungkin udah menyerah, hehe. Tapi sosok Adji yang tiba-tiba hadir, meski terkesan ‘lhoh siapa lagi ini’ muncul di saat yang pas.
Secara keseluruhan, tema novel ini ringan dan konflik cukup klise tapi entah kenapa nggak bikin bosan. Meski masih ada beberapa typo, sama sekali tidak menganggu isi cerita.


Alur majunya mulus dengan sedikit sandungan-sandungan yang bisa kubilang 'ya gitu'. Namun, hal yang kusuka dari novel Asma Nadia adalah sarat makna. Di beberapa adegan, ada hal yang bikin terenyuh, hal yang bikin bersyukur bahkan penyesalan 😣


Dan kisah romance yang disuguhkan pun porsinya pas dan nggak lebay. Aku sendiri sih lebih suka Cinta ama mas yang itu, bukan yang inu.
“Gue cuma mau bilang, apa pun kata orang, ibumu tetap ibu, sosok yang lebih dari berhak untuk mendapatkan bakti dan kasih sayang anaknya, juga perhatianmu!” (hal. 202)


Sekian review dariku. Terima kasih sekali untuk Penerbit Republika dan mbak Asma Nadia atas kesempatan yang diberikan. Semoga bisa bekerjasama lagi lain kali.