Jumat, 22 November 2019

[BOOK REVIEW]NEE, SAJANGNIM




Judul: Nee, Sajangnim
Penulis: Dekdi A
Penerbit: Bukune
Penyunting: Sein Arlo
Penyelaras Aksara: Nomena Hutauruk
Penata Letak: Erina PS
Penyelaras Tata Letak: Bayu NL
Desain Sampul dan Ilustrasi Isi: Raden Monic
Cetakan ke: 1, September 2019
Jumlah hal: 378 hal + vi



“Hm, orang tampan cenderung bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan. Stigma masyarakat, orang tampan dimaafkan.”(hal. 10)


----------B.L.U.R.B---------

Setelah menjadi pengangguran selama satu tahun, Hwang Hana akhirnya diterima di LOUISA—perusahaan paling berpengaruh di Korea. Ia kira hidupnya akan tenang ketika sumber uang sudah di depan mata. Namun, siapa sangka, ternyata Jung Jae Yun, bosnya yang otoriter dan galak menyiksa tenaga dan batinnya. Berangkat pukul lima pagi, lembur sampai pukul dua belas malam. Belum lagi harus ke kediaman bosnya untuk menyiapkan pakaian dan menemani olahraga sambil membahas saham perusahaan. Sebenarnya pekerjaan apa yang Hana kerjakan? Sekretaris atau babu? Sampai akhirnya sebuah peristiwa satu malam membuat dunia Hana dan Jae Yun berubah 180 derajat. Mereka tidak lagi dapat menjalani hubungan profesional dengan nyaman. Status mereka pun dipertanyakan, apakah terus menjadi rekan dalam pekerjaan atau harus berlanjut ke pernikahan?
-----------------

Semangat pagi semua. Apa kabar hari-hari kalian kemarin? Semoga tetap gembira-gembira selamanya, ya 
Well, kali ini review bukuku cukup beda, ya. Karena emang aku jarang membaca fan-fiction apalagi yang berbau Korea, K-pop, Idol dan teman-temannya itu. Tapi ternyata pengalaman pertam itu memang berkesan kok.


Sesuai blurbnya, Nee, Sajangnim tidak jauh beda dengan kebanyakan drama korea yang ada: cewek biasa dan cowok super ketus yang kaya raya dan tampan(?). awalnya sebel dan ada suatu kejadian antara keduanya hingga perasaan suka muncul. Bagian masa lalu yang belum bisa terlupakan menjadi inti dari kisah bos perusahaan dan sekretarisnya. Sebuah kisah klise yang pernah diangkat menjadi beberapa drama, tapi entah kenapa cerita Nee, Sajangnim ini cukup asyik.


Karakter Hwang Hana cukup menyenangkan dan ceria. Berkebalikan dengan Jae Yun yang kelam, misterius dan ketus. Jae Yun sendiri adalah duda milyader yang diselingkuhi oleh Jane, istrinya meski mereka sudah dikaruniai seorang putra, Jae Han. Nah konflik timbul setelah Hana bekerja menjadi sekretaris pribadi Jae Yun.


Memakai dialog enteng dengan isu-isu pelecehan, novel setebal 300 halaman ini sarat makna yang ingin disampaikan penulis. Meski latar tempatnya kurang dieksplore, tokoh-tokohnya menggambarkan ke-Korea-an lewat interaksi mereka.

Hanya... untukku yang belum membaca versi wattpadnya, buku ini rasanya perlu mencantumkan rate umur di dalamnya. Karena bagian belakang sudah lebih intens adegan romance Hana dan Jae Yun.
Meski menemukan beberapa typo, tapi tidak membuat esensi cerita novel ini berkurang. Well, untuk pecinta kisah romance manis bad boy dan good girl, novel ini pas untukmu jika umurmu 21+ ya. Hehe


Sekian revie dariku. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Semoga bisa bekerjasama lagi dengan Penerbit Bukune dan kak Rizky 

PS: Bagian belakang buku ini bikin tambah kesengsem ama Jae Yun. Xixixi.

Senin, 11 November 2019

[BOOK REVIEW] KAMI (BUKAN) JONGOS BERDASI


[BOOK REVIEW] KAMI (BUKAN) JONGOS BERDASI

Judul: Kami (Bukan) Jongos Berdasi
Penulis: JS Khairen
Penerbit: Bukune
Penyunting: MB Winata
Penyelaras Aksara: Sein Arlo
Penata Letak: Nunu
Penyelaras Tata Letak: Bayu NL
Desainer Sampul: @arcahyadi
Penyelaras Desain Sampul: Raden Monic
Cetakan ke: 1, Oktober 2019
Jumlah hal: 409 hal + xi


“Sebuah keputusan buruk, di hari yang tak kalah buruk, boleh jadi adalah pembuka dari sebuah cerita hebat” (hal. 85)

----------B.L.U.R.B---------

“Alumni Kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata “Alumni Kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata yang penuh tikus.
Ada yang bertahan, ada yang sebentar lagi mampus.Kerja di Bank EEK? Ada. Kerjanya pindah terus? Ada. Bimbang ikut keinginan orangtua atau ikut kata hati? Ada. Apa lagi pengangguran banyak acara, pasti ada. Namun, diam-diam ada juga yang kariernya lancar, gajinya mekar, dan jodohnya gempar menggelegar.
Mendapat intimidasi dari rekan kerja, lingkungan, dan keluarga itu sudah biasa. Mendapat cemoohan bagi yang ingin berkarya, jelas jauh lebih biasa. Menerima perlakuan semena-mena, hingga tertawaan dan hinaan adalah sarapan pagi.
Akankah mereka bertahan di dunia yang penuh intrik ini? Atau mereka harus jadi jongos berdasi, pura-pura mampu beradaptasi, dengan tantangan dunia yang terus gonta-ganti?
———
Buku ini wajib dibaca oleh pelajar SMA, mahasiswa, para orangtua, karyawan, petinggi perusahaan, para pencari kerja, mereka yang ingin berkarya, para pengambil kebijakan di berbagai institusi, hingga Presiden Korea Utara agar kita bisa memutuskan, apakah besok kita libur atau kerja dan berkarya.
Buku kedua dari serial novel KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS.”

“Apa yang kita harapkan, betul-betul idamkan, tak jarang berakhir sebatas angan. Ini kehidupan nyata, bukan kisah fiksi ketika pahlawan pasti bisa mengalahkan penjahat. Bukan kisah inspiratif kerja keras yang selalu digaung-gaungkan motivator. Bukan rumus sederhana bahwa sukses adalah jalan lurus. Bukan kata-kata penyemangat dari orang yangtelah dahulu memulai, bahwa segala sesuatu yang betul-betul kita inginkan akan dapat tercapai jika kita berjuang tak kenal lelah” (hal. 383-384)

Halo?!

Kira-kira apa yang kamu pikirkan ketika mendengar judul dari novel JS Khairen kali ini? Well, ini pertama kalinya, aku menikmati karya pengagum Rheinald Kasali ini. Dan kesan pertamaku pas baca? Wooooooooooooooooooowwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww ...... (Lebay? Biarin )

Kelompok Ogi yang terdiri dari Sania (bekerja di bank EEK), Juwisa (bisnis kuliner dan kembali merantau ke megapolitan untuk mengejar beasiswa S2), Randi (wartawan yang berambisi biasa, lulus terus nikah), Arko (fotografer yang balik dari Eropa), Gala (anak konglomerat yang bercita-cita membuat sekolah), Ogi (yang belum balik dari Amerika) dan Lira (mantan dosen di kampus UDEL). Ketujuhnya mengalami pergolakan masing-masing dari tempat kerja yang tidak nyaman, tuntutan kerja yang melebihi kerja rodi hingga masalah ekonomi yang harus segera dituntaskan. Sanggupkah mereka melewatinya? Atau mereka hanya memang jongos berdasi?


“Benarlah adanya jika hati bisa tumbuh hingga seluas tujuh lautan. Jika sering menyakiti hati seseorang, jangan harap kita membuatnya kalah, justru malah memperbesar wadah.kelak, racun receh sepertimu justru akan tenggelam tak bersisa.”(hal. 297)

Nah, waktu baca kisah mereka satu persatu, semua masalah tampak real dan related banget. Seolah buku ini curhatan hidup bagi mereka yang baru menyandang gelar sarjana dan juga permasalah antara impian atau kenyataan.

Kisah yang paling ajigijaw menurutku adalah Sania. Banyak pesan yang diselipkan di dalamnya. Dari mengorbankan (sedikit egoisme impian) demi keputusan yang lebih baik dan orang tua, juga bagaimana bertindak curang pun, salah apapun, pengakuan menjadi jalan ter-pas. Bahkan ketika Sania menemukan passionnya, ia menjadi semangat dan berinisiatif membantu temannya. Aku terharu pas baca bagian ini. Persahabatan mereka ini bikin iri. He...

“Boleh saja ada seribu orang yang tak percaya pada impianmu. Tapi pastikan dari seribu orang itu, dirimu sendiri bukan salah satunya.”(hal. 119)

Meski size font-nya cukup mini,novel setebal 400an halaman ini nggak bikin boring, gaes. Bahkan ketika aku menyelesaikan per bab-nya, aku selalu menantikan quote terbaik yang menutup (atau mengawali) bab selanjutnya. Dan alhasil, sticky noteku mewarnai novel ini karena saking banyaknya quote yang ngena dan pas pas banget (pengen aku stabilo-in tapi eman. Hehe)

“Dia sudah kepala tiga setengah. Sudah di usia yang tak lagi wajar – menurut standar rakyat sebetulnya tak perlu ada—untuk menikah.” (hal. 175)

Bahkan part-part romance yang diselipkan di alur nggak garing. Malah aku suka ke-sweet-an mereka. Apalagi JS Khairen ini pandai baper-in pembaca. Dari yang Randi dijodohkan ke Juwita lalu Sania lalu ke Selly dan ah siapa lagi itu. Tapi pas baca bagian epilog, hmmm, aku makin penasaran si Sandi itu anaknya siapa.

Bahasa yang digunakan di Kami (Bukan) Jongos Berdasi ini asyik, kayak santai tapi nggak sesantuy loe-gue an sepanjang buku. Aku sih paling suka pas dialog terus ada kalimat ‘wash wesh wosh wash wesh wosh dan ajigijaw’. Haha...

Hanya aku masih menemukan typo. Harusnya tertulis Juwisa tapi ditulis Sania dan juga pekerjaan Juwisa yang benar Kementerian pertanian atau Kementerian Perhutanan


“Saat kita salah, diam dan mengakui adalah cara yang benar. Jika malah ngotot dan bersikeras kita tak salah, hadedeh, ini akan memberikan tontonan gratis pada orang lain bahwa betapa tidak pintarnya kita. Diamlah. Terimalah. Itulah cara yang benar saat kita salah.” (hal. 238)

Terakhir, karya ini bikinaku ketagihan baca karya JS Khairen lainnya. Semoga berjodoh. Aamiin.
Dan demi kelompok Ogi, suwerr kamu nggak bakalanrugi kalau baca buku ini.

Lalu, terima kasih untuk Penerbit Bukune yang sudah memberi aku kesempatan mereview buku ini. Semoga nggak kapok dan bisa duet bareng lagi ya.

Selasa, 05 November 2019


[BOOK REVIEW] OTW NIKAH

Judul: OTW Nikah
Penulis: AsmaNadia
Penerbit: Republika
Editor: Andriyati dan TheNita
Desain Cover: Rezolusy
Cetakan ke: 1, September 2019
Jumlah hal: 276 hal + xii

“Berjodoh di dunia bukanlah satu kepastian yang akan kita raih dalam hidup. Tidak ada hal lain yang lebih penting. Ada kematian, maut yang pasti kita hadapi.” (hal. 123)


----------B.L.U.R.B---------

OTW Nikah?
Yeayy, setelah perjalanan jatuh bangun melalui proses panjang, rasanya bahagia karena akhirnya menemukan sosok tepat untuk melabuhkan cinta, menggenapkan setengah agama, dan berharap bisa bergandengan tangan ke surga.

OTW nikah adalah harapan semua singellilah. Intip berbagai kisah terkait kecamuk aneka rasa, saat meniti langkah ke sana. Nikmati serpihan hikmah sebagai pertimbangan sebelum menuju halal.
Beberapa goresan pena di buku ini mungkin melaju lebih jauh melampaui garis OTW nikah, sebagai upaya memberi bayangan akan ujian pernikahan yang menanti setelah ijab kabul terpenuhi. Termasuk pilihan pacaran atau ta’aruf sebagai jalan OTW nikah.
Buku ini merupakan buku ke-58 karya Mba Asma Nadia. Tahun 2019, setelah menerbitkan buku berjudul From Me To You: Love Notes, kini hadir dengan berjudul buku yang sangat manis sekali:OTW Nikah. Kamu penasaran isinya apa saja?

"Cinta sejatinya membutuhkan proses, meski waktu bukan satu-satunya barometer.” (halaman 238)

Semangat pagi semua  apa kabar suasana hatimu? Semoga selalu bahagia selamanya, ya

Well, kali ini, aku bakalan review buku terbitan Republika dari penulis ternama, Asma Nadia dengan judul OTW Nikah. Tuh kan dari judulnya aja udah bikin baper, xixixi...

Jujur, pertama lihat cover dan blurb-nya, aku kira ini buku nonfiksi. Eh ternyata pas buka segel plastiknya, I’m totally wrong. Buku ini berisi 14 kumpulan cerita pendek dengan kisah, plot dan POV dari beberapa orang yang punya permasalahan hubungan kasih dengan lawan jenis, gejolak diri bahkan usaha memantaskan diri untuk mendapat jodoh yang baik pula. Untuk aku sendiri (yang sepertinya juga OTW Nikah, hehe), konflik tokoh di masing-masing cerpen berasa ngena. Seolah mbak Asma Nadia ini paham berbagai permasalahn yang kerap dialami bagi mereka yang OTW Nikah. Hanya ending dari sebagian cerita terkesan klise dan bisa ditebak.

“Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang sebagai manusia. Di mana iman, di mana tawakal, hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan hanya melihat pencapaiannya hari ini? (hal. 210-211)”

Dan cerita yang paling suka adalah kisah si dia yang nggak asal pilih suami hanya karena kepentok usia. Penasaran kan si dia siapa? Hehe. Di cerita ini, aku berasa melihat diriku. Harapannya sih endingnya juga sama. Haha. Aamiin.

“Cinta memang tak mudah diartikan. Barangkali lebih mudah dirasakan.” (hal. 17)

Dari segi cover, warna kuning mengisyaratkan ceria dan penuh semangat menyongsong pernikahan meski nantinya (bila) ada halangan yang datang. But. Bukan hidup bukan kalau tidak ada masalah. Font dan size-nya pun cukup pas buat indera penglihatan meski masih ditemukan beberapa typo.

Di samping hal fisik itu semua, OTW Nikah menurutku salah satu buku fiksi yang menggaet nonfisik tapi tidak berkesan menggurui. Pembaca diajak menyelami permasalahan tokoh di dalamnya, yang meski ringan tapi sarat makna. Bahkan tanpa sengaja ketika sudah selesai di ending cerita, aku bisa bergumam “Emang bener sih, ya? Eh, kok bisa pas gitu, ya? Iya juga, sih?”

Dan untukmu, yang (menuju) OTW Nikah, entah itu sudah dekat atau masih jauh, tidak ada salahnya membaca buku ini  salam singlelillah, hehe

Dan yang terakhir, terima kasih untukPenerbit Republika yang telah memberi kesempatan saya untuk menikmati buku mbak Asma Nadia. Dari buku ini, saya mendapat pandangan baru selama menyiapkan diri dalam OTW Nikah.
tex

“Sesuatu yang didapatkan dengan susah payah, jelas lebih dihargai dan dibandingkan sesuatu yang didapatkan dengan mudah.” (hal. 32)