TA’ARUFAN
DENGAN NEWMONT, YUK!
Penulis : Peserta Sustainable
Mining Bootcamp Newmont
Penyunting : Diha dan Andika Budiman
Desain Sampul : Kulniya Sally
Desain Isi :
Kulniya Sally
Proofreader : Febti Sribagusdadi Rahayu
Layout Sampul dan Seting Isi : AhmadSyazidin dan Sherly
Penerbit : Penerbit Kaifa
Cetakan : Pertama, Februari 2016
Halaman : 190 hal
Pasti
pernah mendengar pepatah, semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Di
mana bisa dilihat dari para artis yang makin tenar, makin banyak pula gosip
tidak sedap tentang dirinya. Atau bisa juga semakin strong perusahaan, banyak pula godaan dan persaingan baik secara intern
maupun ekstern. Itu pula yang dialami PT Newmont yang dulu beroperasi di
Minahasa dengan nama PT NMR (Newmont Minahasa Raya) dan sekarang di Sumbawa
dengan nama PT. NNT (Newmont Nusa Tenggara). Pernah tersangkut kasus teluk Buyat
tahun 2004, namun terbukti bebas dari tuduhan tahun 2012, tentu saja citra yang
didapat tidak mungkin instan jadi baik. Apalagi mendengar kata pertambangan
sendiri yang selalu berkonotasi negatif, membuat PT NNT harus melakukan
sesuatu. Membuka seluas-luasnya dan sejujur-jujurnya tentang siapa itu PT NNT.
Maka terselenggaralah Sustainable Mining
BootCamp yang terdiri dari 27 orang berkisah tentang PT NNT dan 4 orang di
bekas pertambangan PT NMR. Seluruh peserta terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan yang berbeda: freelance
wtiter, travel blogger, konsultan, S1 maupun S2. Nah kisah mereka tersebut
dirangkum apik dalam Buka-Bukaan Dunia Tambang yang diterbitkan oleh Pastel
Book.
Letak PT NMR dan PT NNT
(Sumber: Google Map)
Secara
rinci, buku ini terbagi menjadi dua aspek: proses pertambangan (termasuk
pengelolaan tailing) dan program kesejahteraan daerah lingkar tambang. Proses
pertambangan cukup detail dijelaskan oleh Eko Budi W. Mulai dari pengeboran dan
peledakan batu agar terpisah dari tanah hingga pengelolaan tailing yang diarahkan ke Teluk Senunu (Hal 24). Begitu pula
reklamasi bekas penggalian yang ditanami pohon-pohon bernilai jual tinggi
seperti pohon jati. Hasilnya, bisa dibaca dari pengamatan 4 peserta bootcamp di PT NMR sekitar Teluk Buyat.
Daerah tambang yang terlihat tandus dan gersang kini menjadi daerah semak
belukar yang rimbun. Serta tumbuhnya karang buatan sebagai bukti bahwa tidak
ada pencemaran laut seperti yang yang digaung-gaungkan beberapa tahun silam.
Teluk
Senunu
(Sumber:
assets.kompasiana.com)
Tidak, karena tidak ada luka yang bisa kembali sperti semula. Semuameningglakan bekas. Namun, bagaimana luka itu bisa diperban dengan baik, hingga tak tampak daripermukaan. (Hal 44)
Dari peserta lainnya, kita akan
memperoleh informasi bahwa PT NNT tak sekedar habis manis sepah dibuang. Ada
program CSR (Corporate Social
rensposibility) yang bergerak di bidang kesehatan, ekonomi dan sosial.
Beberapa puskesmas dengan fasilitas yang cukup memadai sudah dibangun,
pengembangan budidaya lidah buaya semakin digalakkan, penyerapan warga lokal
sebagai karyawan PT NNT, pengelolaan sampah dengan didirikan bank sampah. Saya
terkadang mikir, hla terus peran pemerintah pusat mana, ya? #eh
Membaca
buku ini seperti menutup luka lama dengan membuka pemikiran baru tentang
pertambangan. Jujur, saya sendiri selalu berpikiran negatif kalau bicara
tentang penambangan dikarenakan media yang dominan menunjukkan sisi minusnya
ketimbang baiknya. Rasanya ingin menolak segala aktivitas pengeksploran sumber
daya alam, namun bagaimanapun juga kehidupan saya juga bergantung pada hasil
tambang. Itulah yang ingin disampaikan PT NNT kepada peserta pada khususnya dan
seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya. Menyajikan point of view, gaya penulisan, dan tema detail yang berbeda, pembaca tidak
akan merasa bosan dengan buku bertema “berat” ini. Seolah ini tak bedanya
dengan buku traveling yang sedang booming akhir-akhir ini, namun lebih
spesifik ke daerah pertambangan PT NNT. Arrgh, beneran penasaran dari lembar
pertama hingga terakhir.
Namun, jangan mengira ini buku
pembela PT NNT, ya. Pembaca akan mendapat informasi seimbang dan netral
dikarenakan peserta bebas berinteraksi dengan warga lingkar tambang yang tidak
sungkan curhat tentang apa yang mereka rasakan. Dari masih adanya kesetimpangan
sosial warga karyawan PT NNT maupun non karyawan hingga kriminalitas yang
meningkat akibat kegiatan tambang (Hal 75).
Tambang adalah kebutuhan; Menjaga keseimbangan alam adalah kewajiban; Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan. (Hal 123)
Saya
pernah mendengar dari dosen kuliah saya dulu, bahwa pikiran diri sendiri bisa
mempengaruhi orang sekitar. Nah, bukankah sudah saatnya kita menularkan
pemikiran positif tentang pertambangan dengan membaca buku ini lalu menghamburkannya?