dapatkah kau di sini?
tak ada benderang di asaku
kanan, penuh gelap
kiri, gulita meraba
atas, asa menjauh
dan tak mungkin aku ke bawah bukan?
kau pasti akan memarahiku
dapatkah kau di sini?
tak ingin apapun darimu
hanya senyum itu
dapatkah kau di sini?
tak ingin pengorbananmu
hanya mata peneduh itu
sekali lagi, dapatkah kau di sini?
temanku
penyuka kucing | pecinta panda | suka gambar tapi tidak jago | hobi nulis tapi belum mahir | selalu jatuh hati pada tokoh anime yang 'dingin'
Senin, 03 September 2012
Jumat, 06 Juli 2012
asou haruto
I don’t know what’s going to happen in the future.
But right now, what I’m feeling is 100% not a lie. I can say that with confidence.
For me, as long as it’s you saying it, it doesn’t matter how slowly you say it, I’ll still listen.
If you can’t talk over the phone, then I’ll come to see you, just like this.
If you want to walk, no matter how slow it’ll be, I’ll walk with you.
I may not be helpful now, but one day, I want to give help to you.
Things can’t be the same as they were before, but there’s this kind of feeling that’s linking us together.
I don’t think that we’re living in different worlds.
I…with regards to you…I like you. Maybe. I like you, maybe. Probably.
- Asou Haruto (1 Litre of Tears drama)
Kamis, 28 Juni 2012
menatap langit dan asa
Suatu
hari, seorang guru meminta para muridnya untuk membawa sekantong
plastik berisi kentang. Kentang-kentang itu nantinya mewakili setiap
orang yang pernah menyakiti mereka dan belum mereka maafkan. Mereka pun
menuliskan satu nama disetiap kentang. Nama-nama itu adalah nama
orang-orang yang pernah menyakiti mereka.
Beberapa
murid memasukkan sedikit kentang, namun sebagian memiliki banyak.
Mereka harus membawa kentang dalam kantong itu kemanapun mereka pergi
dan tak boleh jauh dari mereka, apapun yang terjadi.
Semakin hari, semakin banyak murid yang mengeluh karena kentang-kentang itu mulai mengeluarkan aroma busuk.
“Apakah kalian sudah memaafkan nama-nama yang kalian tulis pada kulit kentang kalian?” tanya sang guru.
Mereka tampaknya sepakat untuk belum bisa memaafkan nama-nama itu.
“Yah, kalau begitu, kalian tetap harus membawa kentang itu kemanapun kalian pergi,” lanjutnya.
Hari
demi hari berlalu. Aroma tak sedap dari kentang-kentang itu pun semakin
tak tertahankan. Banyak dari mereka akhirnya menjadi mual, pusing dan
tidak nafsu makan karenanya. Dan pada akhirnya, mereka membuang
kentang-kentang itu ke dalam tempat sampah. Mereka pun memutuskan untuk
juga membuang rasa dendam dan memaafkan orang-orang yang namanya
tertulis disana.
Sang Guru tersenyum memandang anak didiknya dan berkata, “Dendam
yang kalian tanam serupa dengan kentang-kentang itu. Semakin banyak
kalian mendendam, semakin berat kalian melangkah. Dan semakin hari,
dendam-dendam itu akan membusuk dan meracuni pikiran kalian.”
“Maafkan
mereka yang pernah menyakiti hati kalian. Jadikan ini sebagai pelajaran
dalam hidup. Dan kalian sudah tahu, dendam sama seperti kentang-kentang
busuk yang bisa dengan mudah kalian buang ke tempat sampah,” lanjutnya.
Sekalipun
dendam tidak kita rasakan beratnya secara fisik, namun secara perlahan
akan melemahkan mental kita. Yang pada akhirnya membuat hidup kita tak
nyaman.
“Memaafkan adalah satu-satunya cara melepaskan seorang tahanan dan menemukan bahwa tahanan itu adalah dirimu sendiri.” - Lewis B. Smedes, "Forgiveness - The Power to Change the Past," 7 January 1983Selasa, 26 Juni 2012
hal kecil itu berharga tapi terlupakan
Di
suatu acara seminar motivasi, sang motivator meminta para peserta yang
menggunakan jam tangan analog untuk membantunya maju ke depan. Lima
peserta tersebut kemudian diminta meletakkan pergelangan tangan di
belakang tubuh, agar jam tangan mereka tak terlihat.
Setelah
memastikan bahwa semua jam tangan tak terlihat, sang motivator bertanya
pada masing-masing peserta tentang usia dan harga jam tangan mereka.
Semua pemilik jam tangan ternyata ingat berapa usia dan harga jam tangan
mereka, dan hampir semua jam tangan telah berusia lebih dari satu
tahun.
Tersenyum, sang motivator lalu menanyakan pertanyaan kedua,
“Nah,
bila Anda semua ingat berapa usia dan harga jam tangan Anda, sekarang
coba Anda ingat, berapa kali Anda melihat jam tangan itu setiap hari?”
Kelima
peserta yang maju mengatakan bahwa mereka sangat sering melihat waktu
pada jam tangan mereka. Hampir setiap satu jam sekali, bahkan bisa
beberapa menit sekali jika sedang menunggu kedatangan seseorang atau
bosan.
Sang motivator melanjutkan,
“Anda
sudah memiliki jam tangan ini dalam waktu yang lama dan sering
memakainya, sering melihat waktu pada jam tangan Anda, bahkan juga ingat
dengan harganya. Sekarang silahkan Anda ingat, dengan tangan Anda tetap
di belakang, apakah penanda waktu pada jam tangan Anda memakai angka
Arab (1, 2, 3) atau angka Romawi (I, II, III)?”
Semua
peserta tampak kebingungan dan berpikir keras untuk mengingat apakah
penanda waktu pada jam tangan mereka memakai angka Arab atau Romawi.
Satu persatu dari mereka pun akhirnya menjawab dengan tak yakin. Setelah
itu, mereka dipersilahkan melihat jam tangan mereka untuk memastikan
apakah tebakan mereka benar atau salah.
Dari
lima peserta, hanya satu yang benar. Bahkan ada peserta yang menjawab
bahwa penanda jam tangannya memakai angka Romawi, padahal jam tangan
miliknya hanya memakai penanda strip ( - ).
Percobaan
sederhana ini telah ‘menyentil’ kita. Bayangkan saja, jika dalam sehari
kita melihat jam tangan kita sepuluh kali saja, sudah berapa ribu kali
kita melihat penanda waktu pada jam tangan kita? Namun hal kecil ini
justru luput dari pandangan kita.
Kita
seringkali menerima kebaikan kecil yang berulang-ulang setiap hari dari
orang-orang terdekat kita, keluarga, misalnya. Sudahkah kita berterima
kasih pada mereka? Atau justru tidak sadar pada hal-hal kecil yang
sebenarnya menopang hidup kita?
Minggu, 10 Juni 2012
Es Krim Ubi Ungu
Es Krim Ubi Ungu (judul asli: Es Krim Ubi Jalar)
Sumber: Majalah Santap
Bahan:
Sumber: Majalah Santap
Bahan:
- 300 ml santan dari 1/2 butir kelapa ----- kl sy pake santan instan cair
- 2 batang kayu manis
- 3 butir cengkeh
- 150 gr gula pasir ----- ini bs dikurangi kl mau ga terlalu manis
- 1/2 sdt garam
- 2 lembar daun pandan, sobek dan simpulkan
- 300 gr ubi jalar (warna ungu kl ada) ----- sy pake ubi ungu thailand
- 250 ml krim kocok segar (whipping cream)
Cara Membuat:
- Campur santan dengan kayumanis, cengkeh, gula pasir dan garam. Tambahkan daun pandan. Masak sambil diaduk sampai mendidih. Sisihkan.
- Kukus ubi jalar ungu hingga lunak, haluskan selagi panas dengan disaring atau dengan penekan kentang (jangan melumatkan dengan blender). Campurkan ubi ungu pada santan, aduk rata. Saring lagi bila perlu. Beri pewarna ungu (sy ga pake, krn sy pake jenis ubi ungu thailand, dmn warna ubi nya luar dalem ungu, sehingga hasilnya udah ungu banget).
- Pindahkan adonan ke dalam container plastik, atau lebih baik lagi wadah dari stainless steel. tutup rapat dan dinginkan dulu dalam lemari es agar adonan cukup dingin.
- Kocok krim hingga kaku dalam mangkuk yang telah didinginkan dalam lemari es. Gunakan kecepatan sedang. Masukkan krim kocok ke dalam adonan yang telah dingin, aduk balik hingga rata.
- Membekukan: pindahkan adonan ke dalam container plastik atau lebih baik lagi wadah dari stainless steel. Bekukan sampai adonan pada pinggir wadah mulai mengeras. Keluarkan, haluskan dengan mixer atau dalam blender. Bekukan lagi.
- Lakukan proses ini 2 - 3 kali sampai es krim benar2 membeku dan keras.
- Penyajian: sajikan dengan whipping cream dan taburi kacang mete gepuk. (kalo saya, ditaburi almond flake yg udah disangrai).
- untuk rasa yang lebih original, kayumanis dan cengkeh bisa ditiadakan, diganti dengan esens talas. i think it's worth to try. karena yang saya buat ini rasanya mirip2 bubur ketan item....:)).
- jangan mengabaikan penambahan topping kacang mete gepuk ato kalo saya almond flakes yg udah disangrai. krn topping ini bener2 membantu rasa 'berat' dari es krim ini dan menaikkan cita rasanya.
- one scoop is enough. karena es krim ini terbuat dari ubi, jadi cukup mengenyangkan. bisa menggantikan satu porsi nasi....:))
Selasa, 17 April 2012
surat bunga edelweis
SURAT BUNGA EDELWEIS
Oleh:
Ayatin Anisa
Email pertama
Dear seseorang
yang pernah menjadi sahabat terbaikku ... Narya.
Pernah
terlintas dalam benakku untuk marah dan benci karena kau telah mengembalikan
semua bunga pemberianku, semuanya ... Dari mawar merah, mawar putih, mawar
kuning, lili, matahari dan bunga lainnya. Saat itu aku benar – benar
membencimu... Kalau bukan karena Chita, tentu aku takkan lagi pernah
menghubungimu, menghubungi sahabat kecilku.
Kau
masih ingat pertama kali kita bertemu, memperebutkan setangkai bunga edelweis,
bunga pertama yang mekar bulan April itu. Mungkin bagimu, pertemuan itu tak
begitu berkesan. Bagiku waktu itu takkan terlupakan karena kau berhasil merebut
bunga itu dariku. Kau anak gadis pertama yang bisa mengalahkanku berkelahi. Padahal
waktu itu umurku 10 tahun dan kau baru 8 tahun. Aku benar – benar kaget dan
tidak menyangka... tak ingatkah kau tentang itu?
Satu
tahun berikutnya, tahukah kau, setelah sholat Subuh aku tak sabar untuk segera
mengambil bunga edelweis di tempat itu. Dan aku terlambat. Sekali lagi kau
mengambilnya. Hari itu aku ingin benar – benar memukulmu. Tapi ketika kau
tersenyum padaku seakan – akan kau mengucapkan terima kasih padaku... amarahku
mencair.
Hal
lain yang membuatku penasaran adalah karena tak ada seorang temanku yang
mengenalmu bahkan kedua orang tuaku. Kata mereka tak ada anak gadis di sekitar
bukit itu. Tentu saja aku tidak percaya karena aku benar – benar melihatmu
mengambil bunga edelweis ku.
Narya,
aku benar – benar minta maaf!
Email kedua
Dear Narya
Bagaimana
kabarmu di sana? Sudah satu bulan setelah email pertamaku. Dan ternyata kau
tidak juga membalasnya. Aku hampir putus
asa untuk minta maaf kepadamu tapi lagi – lagi Chita menyemangatiku untuk tidak
menyerah. Katanya ingat lagu D’massiv aja. Haha, dia benar – benar anak yang
lucu. Aku akan mengenalkannya padamu.
Masihkah kau
membenciku?
Taukah
kau Narya, dua hari setelah kau mengambil bunga edelweis ku, aku mencarimu di
sekitar bukit. Begitu seterusnya sampai tujuh hari, aku tidak menyerah. Tapi
kau tak juga ku temukan.
Tahun
berikutnya di bulan April aku ingin sekali bertemu denganmu. Memastikan kau itu
benar – benar ada bukan hanya karangan ku belaka. Pukul 05.00 aku berangkat
dari rumah dan sesampai di sana aku masih melihat bunga edelweis itu
ditangkainya. Rasanya aku ingin menangis, membayangkan kalau kau tidak nyata.
Tapi sesaat kemudian kau datang dan tersenyum padaku. Aku lega sekaligus
khawatir jika kau mengambil bunga edelweis itu lagi.
Terima kasih
untuk saat itu Narya.
Email
ketiga
Narya,
sahabatku
Ini
adalah email terakhirku. Aku benar – benar minta maaf karena telah merusak
bunga edelweis yang telah kau ambil. Jika saja aku tahu kau mengambilnya untuk
kakakmu, aku akan merelakannya karena kakakmu lebih penting daripada egoku.
Semoga kau bisa
memaafkanku. Terima kasih untuk semua.
Sampai jumpa
Narya Zukrufi
Setelah mengirim email terakhir itu, aku
bersiap – siap menuju tempat di mana edelweis itu berada. Sudah satu tahun
berlalu sejak aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke kota. Dua jam
perjalanan terasa begitu cepat.
Dan sekarang aku sudah berada tepat di
mana aku dan Narya bertemu. Tanaman edelweis itu masih ada. Kuat dan
terkalahkan oleh rumput ilalang di sekitarnya. Udara di tempat itu tak jauh
beda dari lima tahun yang lalu. Segar dan seakan – akan semua masalah ikut
terbang terbawa angin. Beda dengan keramaian di kota yang selama ini ku
tinggali. Tapi sesaat kemudian ketenangan itu berubah setelah ku lihat
seseorang duduk tak jauh dari tanaman edelweis.
” Narya?”. Spontan aku menyebut gadis yang duduk
itu dengan nama Narya.
Gadis itu menoleh ke arahku dengan tatapan
bingung. Tak salah lagi dia benar – benar Narya.
”Kamu ... Egi?”. Gadis itu giliran bertanya
padaku.
”Kamu beneran Narya? Akhirnya ketemu juga.”
” Ehm... maaf kamu salah orang. Aku bukan Narya
tapi Nayla, adik kembarnya Narya”.
”Adik kembar?”
Tentu saja aku makin bingung. Tak menyangka
ternyata Narya punya adik kembar, setau ku dia hanya punya kakak perempuan.
”Lalu di mana Narya sekarang? Aku ingin minta maaf
secara langsung padanya”.
”Ehm... maaf Egi. Aku belum bisa menjelaskannya
sekarang. Beri aku waktu. Seminggu lagi akan ku beritahukan semuanya. Aku
mohon. Aku harus pergi”.
”Tapi Nay, ...”
Lagi, Narya membuat ku penasaran. Seminggu
lagi? Bisa – bisa aku tidak tidur selama seminggu. Aku takkan menyerah untuk
menunggu kabar tentang Narya. Tapi seminggu setelah hari itu Nayla tak ada
kabar . Padahal aku harus segera kembali ke kota. Akhirnya pagi itu ku putuskan
untuk kembali ke kota. Dua jam perjalanan itu terasa lama bagiku.
Sesampai di kos aku benar – benar capek
dan spontan aku tertidur. Dua jam kemudian aku terbangun lalu sholat Dhuhur.
Usai sholat, perasaan ku berkata bahwa aku harus membuka emailku sekarang. Ku
buka laptopku dan ku sambungkan ke jaringan internet. Ku buka gmail.com dan
kuketik nama email ku lalu sign in. Di kolom inbox ku lihat email Narya.
Spontan kubuka dengan rasa tidak sabar.
Untuk Egi
Apriansyah, sahabat terbaik Narya Zukrufi
Maaf karena
hanya bisa memberitahumu lewat email. Aku tidak sanggup memberitahumu secara
langsung.
Aku adalah
Nayla. Selama ini aku lah yang menerima semua emailmu.
Narya tidak
pernah membenci mu. Ia selalu berkata dengan wajah riang ketika bercerita
tentang perkelahian kalian merebutkan bunga edelweis di bulan April.
Kami adalah
kembar. Narya adalah anak tomboi yang suka berkelahi. Tapi dibandingkan aku,
badannya lebih mudah sakit dan dia masih saja sok melindungiku.
Dua bulan
setelah kalian bertemu, Narya tiba – tiba demam tinggi. Ayah dan ibu bingung sekaligus
kaget karena tak biasanya seperti itu. Seminggu dalam keadaan koma ternyata
Allah tak mengijinkanku untuk bersamanya lagi. Dia pergi ...
Sebelum dia
pergi, ia berkata padaku : ”Nay, jangan sampai Egi tahu ya ...
Jadilah aku
yang selalu berebut edelweis dengannya. Aku gag ingin dia merasa kehilangan
sesuatu walaupun aku gag tahu apakah aku berarti baginya”.
Tahun
berikutnya, aku menggantikan Narya berebut edelweis denganmu. Dan ingatkah kau
Egi, yang tersenyum waktu itu adalah aku, bukan Narya ... dan saat aku bilang
bunga edelweis itu untuk kakakku, sebenarnya itu untuk Narya.
Maaf baru
memberitahumu sekarang. Ini adalah janjiku pada Narya
Dan terima
kasih masih menganggap kakakku sebagai sahabat terbaikmu. Dia pasti sangat
senang mengetahuinya.
Kabar ini tak
pernah ku kira sebelumnya. Betapa bodohnya aku. Tak pantas bila aku disebut
sahabat terbaik Narya.
Edelweis memang
bukan bunga berwarna – warni
Tak pula
menawan
Juga bukan
bunga mahal
Tapi berkat dia
aku bertemu dengannya
Hanya sekali
saja aku bertemu
Dan aku yakin
dia akan menjadi sahabat terbaikku
Walaupun bukan
waktu yang tepat untuk saat ini,
Narya Zukrufi
Jumat, 13 April 2012
nikmati waktu dan kehidupan.......bersyukur pasti
Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...
Seorang professor berdiri di depan
kelas filsafat dan mempunyai
beberapa barang di depan mejanya.
Saat kelas dimulai, tanpa
mengucapkan sepatah kata, dia
mengambil sebuah toples mayones
kosong yang besar dan mulai mengisi
dengan bola-bola golf.
Kemudian dia berkata pada para
muridnya, apakah toples itu sudah
penuh? Mahasiswa menyetujuinya.
Kemudian professor mengambil sekotak
batu koral dan menuangkannya ke
dalam toples. Dia mengguncang dengan
ringan. Batu-batu koral masuk,
mengisi tempat yang kosong di antara
bola-bola golf.
Kemudian dia bertanya pada para
muridnya, Apakah toples itu sudah
penuh? Mereka setuju bahwa toples
itu sudah penuh.
Selanjutnya profesor mengambil
sekotak pasir dan menebarkan ke
dalam toples...
Tentu saja pasir itu menutup segala
sesuatunya. Profesor sekali lagi
bertanya apakah toples sudah penuh?
Para murid dengan suara bulat
berkata, "Yaa!"
Profesor kemudian menyeduh dua
cangkir kopi dari bawah meja dan
menuangkan isinya ke dalam toples,
dan secara efektif mengisi ruangan
kosong di antara pasir.
Para murid tertawa...
"Sekarang," kata profesor ketika
suara tawa mereda, "Saya ingin
kalian memahami bahwa toples ini
mewakili kehidupanmu."
"Bola-bola golf adalah hal-hal yang
penting - Tuhan, keluarga, anak-anak,
kesehatan, teman dan para
sahabat. Jika segala sesuatu hilang
dan hanya tinggal mereka, maka
hidupmu masih tetap penuh."
"Batu-batu koral adalah segala hal
lain, seperti pekerjaanmu, rumah
dan mobil."
"Pasir adalah hal-hal yang lainnya
- hal-hal yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan
pasir ke dalam toples," lanjut
profesor, "Maka tidak akan tersisa
ruangan untuk batu koral ataupun
untuk bola-bola golf. Hal yang sama
akan terjadi dalam hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi
untuk hal-hal sepele, kalian tidak
akan mempunyai ruang untuk hal-hal
yang penting buat kalian"
"Jadi..."
"Berilah perhatian untuk hal-hal
yang kritis untuk kebahagiaanmu.
Bermainlah dengan anak-anakmu.
Luangkan waktu untuk check up
kesehatan.
Ajak pasanganmu untuk keluar makan
malam. Akan selalu ada waktu untuk
membersihkan rumah, dan memperbaiki
mobil atau perabotan."
"Berikan perhatian terlebih dahulu
kepada bola-bola golf - Hal-hal
yang benar-benar penting. Atur
prioritasmu. Baru yang terakhir,
urus pasir-nya."
Salah satu murid mengangkat tangan
dan bertanya, "Kalau Kopi yg
dituangkan tadi mewakili apa?"
Profesor tersenyum, "Saya senang
kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan
kepada kalian, sekalipun hidupmu
tampak sudah begitu penuh, tetap
selalu tersedia tempat untuk
secangkir kopi bersama sahabat" :-)
kelas filsafat dan mempunyai
beberapa barang di depan mejanya.
Saat kelas dimulai, tanpa
mengucapkan sepatah kata, dia
mengambil sebuah toples mayones
kosong yang besar dan mulai mengisi
dengan bola-bola golf.
Kemudian dia berkata pada para
muridnya, apakah toples itu sudah
penuh? Mahasiswa menyetujuinya.
Kemudian professor mengambil sekotak
batu koral dan menuangkannya ke
dalam toples. Dia mengguncang dengan
ringan. Batu-batu koral masuk,
mengisi tempat yang kosong di antara
bola-bola golf.
Kemudian dia bertanya pada para
muridnya, Apakah toples itu sudah
penuh? Mereka setuju bahwa toples
itu sudah penuh.
Selanjutnya profesor mengambil
sekotak pasir dan menebarkan ke
dalam toples...
Tentu saja pasir itu menutup segala
sesuatunya. Profesor sekali lagi
bertanya apakah toples sudah penuh?
Para murid dengan suara bulat
berkata, "Yaa!"
Profesor kemudian menyeduh dua
cangkir kopi dari bawah meja dan
menuangkan isinya ke dalam toples,
dan secara efektif mengisi ruangan
kosong di antara pasir.
Para murid tertawa...
"Sekarang," kata profesor ketika
suara tawa mereda, "Saya ingin
kalian memahami bahwa toples ini
mewakili kehidupanmu."
"Bola-bola golf adalah hal-hal yang
penting - Tuhan, keluarga, anak-anak,
kesehatan, teman dan para
sahabat. Jika segala sesuatu hilang
dan hanya tinggal mereka, maka
hidupmu masih tetap penuh."
"Batu-batu koral adalah segala hal
lain, seperti pekerjaanmu, rumah
dan mobil."
"Pasir adalah hal-hal yang lainnya
- hal-hal yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan
pasir ke dalam toples," lanjut
profesor, "Maka tidak akan tersisa
ruangan untuk batu koral ataupun
untuk bola-bola golf. Hal yang sama
akan terjadi dalam hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi
untuk hal-hal sepele, kalian tidak
akan mempunyai ruang untuk hal-hal
yang penting buat kalian"
"Jadi..."
"Berilah perhatian untuk hal-hal
yang kritis untuk kebahagiaanmu.
Bermainlah dengan anak-anakmu.
Luangkan waktu untuk check up
kesehatan.
Ajak pasanganmu untuk keluar makan
malam. Akan selalu ada waktu untuk
membersihkan rumah, dan memperbaiki
mobil atau perabotan."
"Berikan perhatian terlebih dahulu
kepada bola-bola golf - Hal-hal
yang benar-benar penting. Atur
prioritasmu. Baru yang terakhir,
urus pasir-nya."
Salah satu murid mengangkat tangan
dan bertanya, "Kalau Kopi yg
dituangkan tadi mewakili apa?"
Profesor tersenyum, "Saya senang
kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan
kepada kalian, sekalipun hidupmu
tampak sudah begitu penuh, tetap
selalu tersedia tempat untuk
secangkir kopi bersama sahabat" :-)
---------------------
Tulisan di atas disari dari "google bottle".
Anda bisa memberikan komentar di halaman ini:
http://www.anneahira.com/ manakala-hidupmu-tampak-susah- untuk-dijalani.htm
---------------------
Anda bisa memberikan komentar di halaman ini:
http://www.anneahira.com/
---------------------
Minggu, 01 April 2012
teacher
salah satu hal yang menarik menjadi "guru" adalah .............. Kau Akan Menemukan Hal Baru Tiap Harinya...........
Jumat, 30 Maret 2012
Kamis, 29 Maret 2012
Selasa, 20 Maret 2012
miss u.................................
Dulu waktu SD pengen banget msuk SMP
Setelah SMP pengen banget masuk SMA
SMA lalu kuliah biar gag pake seragam...........
lulus kuliah pengen kerja biar dapt uang sendiri............
sekarang setelah ngrasaian kerja pengen balik kuliah..........
MISS U tem..................my fren, physics education 2007 UNS
gag da yang bisa gantiin kalian.........
lingkungan kerja di sini gag sehat.....
isinya cuma anak baru di anaktirikan......
si bos yang merasa selalu benar.............
kerja yang berat akan menjadi ringan jika suasananya menyenangkan....hufh
Jumat, 10 Februari 2012
antara aku dan tiada
Biarlah hanya angin saja yang tahu.
Biarlah hujan menjadi bahagia di tengah kemarau hingga ia tak perlu tahu diriku
Biarlah kemarau menjadi kabar bahagia bagi petani tembakau hingga ia tak perlu tahu air mataku
Dan biarlah jalan itu lurus saja hingga aku tak perlu tersesat
Dan ketika kaki ini masih ingin melangkah, di ujung jemari tanganku ada masa lalu yang menggenggam
Hingga sulit terlepas. Sangat sulit
Langganan:
Postingan (Atom)