Selasa, 17 Februari 2015

Kita memang bukan lumba- lumba

Andaikan aku bisa memperbaiki masa lalu kita. Tentu perpisahan ini tak akan begitu menyedihkan kawan. Tak perlu juga aku meneteskan air mata ini. Sungguh aku begitu menyesal.

Andai saja waktu berpihak pada kita kawan, mungkin saat ini kita sedang mengsketsa impian kita bersama. Tapi nyatanya, kita tak bersama lagi sekarang. Sketsa Allah lebih indah tentunya untuk kita berdua. Maafkan aku kawan, tak bisa memutar waktu saat kita bergandengan tangan sambil menatap langit jingga yang menyemburatkan asa bahagia walaupun saat itu kita dalam duka. Hmmmm...aku benar benar rindu saat itu kawan.

Kawan,bagaimana keadaanmu srkarang? Bisakah kau mendrngar suaraku?melihat kehadiranmu memberiku ketentraman. Namun itu hanya sejenak saja. Ya kawan hanya butuh sejenak melihat raut ceria yg terpampang penuh pesona di wajahmu. Namun lagi lagi kawan,aku hanya mendapatkan fatamorgana. Tasik rindu ini hanya hembusan nafas yg terbuang. Yang menghlang dan tk perlu lgi dicari keberadaannya. Kabut kegirangan hanya oase sesaat. Mendinginkan tapi tak pernah merasa segar. Kawan, sapalah aku dengan canda itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar